Kamis, 23 Mei 2013

Liputan Nyepi 1935, Semangat Menuju Kedamaian Pelaksanaan Catur Brata Penyepian tahun Caka 1935 khususnya di wilayah Badung dan umumnya Bali terlaksana dengan baik, aman, tentram, dan damai. Pengamatan secara langsung kontributor Buletin Santi sejak H-4 Catur Brata Penyepian dimulai dari titik-titik penting di wilayah Nusa Dua, Tanjung Benoa, Jimbaran. Dilanjutkan penelusuran pada H-3 di wilayah Ungasan, Pecatu Graha, Tuban, dengan hasil pengamatan yang sama aman dan terkendali. Kontributor tetap edisi perdana ini melengkapi data primer terkait Nyepi pada H-2, di wilayah Kuta, dan kuta Utara - Dalung, Mengwi. Suasana nyaman, semarak, dan aktivitas masyarakat pun berjalan lancar. Kepadatan arus kendaraan yang lalu lalang dapat diatasi dengan baik oleh aparat keamanan bersama banyak bantuan dari Pecalang. Para petugas nampak sumringah mengamankan perayaan Catur Brata Penyepian. Masih pada H-2, pengawasan lapangan dilanjutkan dengan menyusuri jalan dari Kuta, Dalung, Darmasaba, Abiansemal, Payangan, dan Petang, kondisi sosial terasa semangat dalam penyambutan pelaksanaan Catur Brata Penyepian tahun Caka 1935 ini. Ucapan selamat pelaksanaan upacara ini kian meriah, karena banyak terpampang berbagai spanduk dari berbagai lembaga, instansi, perusahaan, dan ada diantaranya dari partai politik dan lembaga keagamaan. Hal ini merupakan cermin harapan pelaksanaan upacara ini dapat berjalan dengan tertib, aman, tenteram, dan damai sebagaimana harapan kita bersama. Sebelum malam pengerupukan kontributor mengadakan tatap muka dengan tokoh-tokoh Muslim, yang kebetulan terdapat pertemuan di wilayah Jimbaran. Mereka bertekat bulat atas kelancaran upacara saudara Hindu pada tanggal 12 Maret 2013 ini. Bersama-sama siap menjaga suasana kondusif pelaksanaan Brata Penyepian. Kesuksesan acara ini tentu atas dukungan dari berbagai pihak. Utamanya terkait suksesnya sosialisasi penjagaan wilayah masing-masing, yang memang harus dijaga bersama. Seruan bersama dari Pemerintah Kabupaten Badung, Majelis Agama dan Keagamaan Kabupaten Badung dalam hasil rapat pada tanggal 21 Februari 2013, ditandatangani semua Lembaga Agama di Kabupaten Badung, Kementerian Agama, FKUB, dikuatkan oleh Bupati Badung bermakna kontributif. Pendekatan sosiologis yang dilakukan FKUB Kabupaten Badung dengan memasang spanduk di berbagai sudut di Kabupaten Badung secara aktif dapat mengarahkan suasana kondusif dalam pelaksanaan acara tersebut. Pada H+1 kontributor telah memeriksa ulang titik-titik yang diminta pasang spanduk FKUB, karena sebelumnya dipertanyakan isi dan misi spanduk. Hasil pemantauan langsung, spanduk telah dipasang dengan baik dan benar di tempat-tempat strategis. Mereka berharap, pemasangan spanduk mendatang disertai pengantar resmi dari Forum FKUB. Saran mereka benar, sehingga tidak dipertanyakan spanduk berasal dari mana, apalagi saat bersamaan gencar-gencarnya acara dukung-mendukung PILGUB Bali yang sebentar lagi menjadi perhelatan demokrasi rakyat Bali yang perlu kita sukseskan bersama juga. Pelaksanaan Catur Brata Penyepian dapat mengejawantahkan suasana hening. Keheningan adalah modal suatu ketenteraman. Ketenteraman secara langsung dapat menumbuhkembangkan sikap pengendalian, kesadaran diri, dan perenungan kedalaman semua makhluk ciptaan Sang Adekodrati. Bentuk kesadaran tertinggi yang tumbuh pada setiap jiwa-jiwa suci, akan lebih mudah dapat memasuki rumah-Nya. Masing-masing agama mempunyai cara dan jalannya sendiri untuk menciptakan jiwa-jiwa yang suci, damai, dan tenang (mutmainnah). Prinsip yang perlu terus dijaga bersama adalah menghargai dan menghormati berbagai kegiatan keagamaan yang dapat menumbuhkan jiwa-jiwa suci, kedamaian dan ketenteraman jiwa-jiwa umat. Karena, hanya jiwa-jiwa yang suci, damai dan tenang-lah, dapat memasuki Singgasana-Nya. (Imam Muhayat). ORBITUARI: SABASTIANUS HAYONG Sosok yang satu ini dikenal penulis sebagai orang yang bersahaja, sederhana, apa adanya, humoris, enerjik, dan hebatnya tidak pernah mengeluh. Suami Ibu Agnes Made Karmi, yang menyukai kostum topi ala cerpenis Putu Wijaya ini, lahir 2 Oktober 1957 di Kawaliwu, Kecamatan Tanjung Bunga, Flotim (Flores Timur). Ayah Hilaria Florida Hayong, anak pertama almarhum, berlatar belakang pendidikan SD, SMP, dan SPG di Larantuka, Flotim. Hijrah ke kota Kupang 1977 untuk melanjutkan pendidikan di Undana Kupang. Bertahan tidak lebih dari enam bulan duduk di Fakultas Pendidikan dan Keguruan Jurusan Didaktik Kurikulum. Medio 1978, orangtua Margaretha Rosa Dwirahayu Hayong – anak kedua almarhum ini, hijrah ke Pulau Dewata diangkat dan mengabdi sebagai guru Katholik di salah satu Sekolah Dasar di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Tidak puas dengan hasil pendidikan di Kupang, Tahun 1984 mencoba lagi menapaki bangku studi di IKIP PGRI Bali Fakultas Bahasa dan Seni, jurusan Bahasa Indonesia, namun tidak tamat. Tahun 1999 kuliah jarak jauh filial IPI Malang tamat tahun 2000, dengan gelar Ahli Madya Pendidikan bidang Studi Pendidikan Agama Katholik. Kemudian menyelesaikan strata S-1 jarak jauh di IPI Malang, jurusan Pendidikan Agama Katholik. Aktivitas organisasi tidak diragukan lagi, baik sosial, keagamaan, kemasyarakatan maupun Gerejani. Membidani jalan bagi Marriage Encounter Keuskupan Denpasar. Bergabung dalam Tim Kerja Komisi Kepemudaan Puspas Keuskupan Denpasar Bidang Kaderisasi. Sempat aktif dalam kepengurusan KNPI Bali. Aktif di Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Badung tidak kurang dari lima belas tahun. Sempat juga menjabat sebagai sekretaris LPM Kelurahan Abianbase, Mengwi. Disebut juga sebagai Bapak pada Gerakan Koperasi Kredit Indonesia, bahkan bersama rekan-rekan membidani lahirnya beberapa primer anggota Puskopdit Bali Arta Guna. Matang dengan aktivitas kegiatan koperasinya, kemudian dipercaya menjabat sebagai ketua KSP Wisuda Guna Raharja dan Ketua Skunder Puskopdit Bali Artha Guna Denpasar. Prinsip yang selalu dibangun adalah otodidak, belajar, dan berlatih mengembangkan diri. Moto yang selalu menjadi integritas diri dalam perjalanan hidup, ayah dari Trinugraha Hayong-anak ketiga almarhum ini, “Hidup adalah perjuangan, tidak ada hal yang tidak bisa kalau kita mau.” Apa yang dipikirkan tidak sebatas ide dalam angan-angan belaka, tetapi selalu menjadi suatu ikhtiar aplikatif. Sebagaimana suatu saat berkesempatan menjadi fasilitator gerakan, dan beberapa kali memberikan training, pelatihan di beberapa kota di Jawa Timur, NTT bahkan Kalimantan Selatan. Menulis beberapa buku saku antara lain buku saku Koperasi, buku saku Senandung Rindu, Hal-hal Praktis dalam Berbahasa, Butir-butir Kearifan yang Menuntun. Buku-buku tersebut diterbitkan sebatas untuk kalangan sendiri. Masih banyak yang ingin direngkuh oleh saudara yang satu ini, tetapi Tuhan berkehendak lain pada tanggal 14 Januari 2013. Selamat jalan, sahabat. (Imam Muhayat). HIV/AIDS – NARKOBA DAMPAKNYA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP MANUSIA Oleh Imam Muhayat* Salah satu ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia adalah HIV-AIDS. Apa sesungguhnya HIV/AIDS itu? Human Immuno-Deficiency Virus adalah kepanjangan kata HIV. Demikian julukan virus yang dapat merusak sistim kekebalan tubuh. Melemahkan tubuh hingga daya tahan tubuh tidak dapat melawan setiap penyakit yang menyerang tubuh manusia. Secara fisik, orang nampak sehat-sehat saja. Tetapi penyakit tersebut dapat terdeteksi dengan penelitian medical laboratorium melalui air liur dan air kencing. Sedangkan istilah AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Istilah AIDS biasa digunakan sebagai istilah fisik orang yang sudah terinfeksi virus mematikan itu pada tahap akut. Kata lain adalah suatu fisik yang sudah kehilangan kekebalan tubuh. Dimana penyebaran virus ini rata-rata sudah bersarang pada tubuh manusia selama sepuluh tahun dan untuk anak-anak, dan remaja lebih cepat dibanding dengan orang dewasa. Besar kemungkinan tidak bertahan hidup karena rasa sakit yang diderita karena virus HIV-AIDS yang sudah menahun bersarang dalam tubuh tersebut. Penularan HIV/AIDS adalah melalui berbagai kemungkinan hubungan antarpersonal diantaranya sebagai berikut: 1. Melalui hubungan seksual bebas yang tidak melalui pelindung yang aman. 2. Melalui transfusi darah yang tidak diperiksa terlebih dahulu hasil dari transfusi tersebut. 3. Melalui jarum suntik yang tidak stiril. 4. Dari seorang perempuan yang terinfeksi dimana ia sedang mengandung janin, dan bisa juga terjadi saat pemberian ASI pada bayi. 5. Hubungan seksual dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu pasangan terinfeksi virus HIV. 6. Dari air liur dan air mata, yang kemudian masuk dalam tubuh orang yang sehat. Virus HIV/AIDS yang menyebar di seluruh dunia telah banyak memakan jutaan korban. Kegelisahan masyarakat dunia biasanya diwujudkan dalam bentuk kampanye peduli HIV/AIDS. Aktivitas gerakan itu tujuannya agar masyarakat semakin menyadari, betapa bahayanya virus mematikan itu. Gencarnya informasi yang digemakan berskala lokal, nasional, dan internasional, targetnya dapat mengurangi penyebaran pandemi yang belum ditemukan obatnya ini. Disamping itu juga memberikan arah yang baik menuju suatu kebenaran yang dikehendaki oleh Allah, “Tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. 33: 36). Kebutuhan utama tubuh manusia itu adalah udara, makanan, minuman, dan suhu sebagi proses metabolisme tubuh. Adapun baksil, virus, kuman bakteri perusak, yang membahayakan tubuh manusia itu bersarang pada habitatnya. Bila fungsi kekebalan tubuh tidak berfungsi, dalam hal ini karena terinfeksi virus HIV/AIDS, setiap penyakit dengan mudah menggerogoti tubuh manusia melalui jalur kebutuhan manusia tersebut di atas. Para ahli medis menyebutkan, indikasi orang yang tidak kebal tubuhnya dari serangan penyakit, agar waspada virus HIV. Obat yang ada masih sebatas memperlambat pembiakan virus. Harganya juga masih tergolong mahal. Berbagai sumber menyebutkan harga obat ARV (anti-retroviral) jutaan rupiah. Pada tahab pengobatan awal dalam menjalani tes CD-4 viral load dengan biaya yang tidak ringan juga. Pengobatan pun hanya berfungsi per-tiga-empat bulan saja. Mahalnya pengobatan dan berbagai risiko yang tidak ringan, misalnya, stigma dan perlakuan diskriminasi, isolasi langsung maupun tidak langsung dari lingkungan -- seharusnya tidak terjadi. Terapi mujarab dalam upaya menanggulangi bahaya penyakit itu membutuhkan pendekatan-pendekatan manusiawi, tidak menyinggung perasaan, dan merendahkan, utamanya bagi ODHA, istilah orang dalam HIV/AIDS. Pendekatan integratif yang benar dan tepat pada masalah HIV/AIDS ini akan mengurangi risiko-risiko yang belum diperkirakan sebelumnya. Adapun ancaman serius lainnya terhadap kelangsungan hidup umat manusia diantaranya narkoba dan sejenisnya. Peredaran barang haram ini sangat rapi, profesional, terorganisasi dengan baik. Jaminan keuntungan besar dikendalikan oleh kartel-kartel narkoba kelas dunia. Struktur organisasi demikian berpeluang besar dapat memasuki ruang-ruang yang terjaga rapi sekali pun. Tempat yang nampaknya stiril dapat juga dijadikan jalur penyelundupan karena peluang, kelihaian, kecermatan, dan kelengahan komunitasnya. Peluang peredaran barang ini sifatnya mencari momentum kelengahan petugas, masyarakat dan individu-individu yang dalam keadaan labil hidupannya. Dalam suatu komunitas yang kelihatan aman kadang-kadang secara mengejutkan terjadi kasus heboh narkoba juga. Karena misi pengedar narkoba adalah target memuluskan bisnis yang menggiurkan. Orang-orang miskin dan orang-orang dalam kondisi kebingungan menjadi sasaran empuk jadi kurir, dan pengedar barang haram ini. Narkoba mempunyai berbagai istilah dan jenis, misalnya, ganja, pil ekstasi, pil koplo, sabu-sabu, putaw, heroin, kokoin, candu, klelet, emblem, hasis dan lain sebagainya. Barang haram ini jika dikonsumsi dampaknya menghilangkan kesadaran akal sehat. Meningkatkan psiko-adrenalin. Mengubah sifat dan sikap orang menjadi egois, individualis, tidak peduli, tidak berprikemanusiaan, tega menyakiti orang lain, bahkan tega menghilangkan nyawa baik keluarga dekat apalagi orang lain. Pecandu bila saat-saat sakaw tidak lagi peduli. Apa pun dilakukan, baik hal itu membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Peristiwa-peristiwa krimal di berbagai sudut kota dan bilangan lainnya banyak dilatarbelakangi kasus narkoba. Tingginya kasus peredaran narkoba di suatu wilayah, semakin tinggi pula peristiwa kejahatan yang terjadi di tempat tersebut. Sebaliknya semakin dapat diminimalisasi peredaran barang haram tersebut semakin kecil juga jumlah peristiwa kriminal di suatu wilalyah. Kerja keras untuk menanggulangi bahaya narkoba memang seharusnya tidak menjadi tugas aparat kepolisian, dan instansi terkait semata, tetapi akan lebih efektif menjadi tugas bersama. Kepekaan, kepedulian, dan empati bahaya narkoba menjadi skala prioritas bersama. Dengan demikian akan semakin mempersempit berbagai kasus narkoba yang dapat merusak generasi kita. Kitabullah memberikan argumen pentingnya pemikiran ke depan sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 59: 18). Gerakan dalam membentengi kelangsungan hidup umat manusia dari ancaman HIV/AIDS dan narkoba diantaranya sebagai berikut: 1. Memberikan pengetahuan seluas-luasnya tentang HIV/AIDS dan Narkoba terkait erat nafsu, sebisa mungkin dapat dikendalikan oleh siapa pun. informasi ini bermanfaat bagi tua, muda, masyarakat tentang bahayanya yang dapat berdampak pemutusan suatu generasi dalam kesia-siaan hidup. Allah SWT. ingatkan dalam Q.S. 23:71, “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” 2. Pemahaman seksualitas dan narkoba yang salah akan menjerumuskan harkat, martabat kemanusiaan. Karena itu informasi ini perlu dikemas dengan benar dan tepat sesuai kondisional masyarakat berdasarkan etika sosial, moral, ketakwaan, dan keimanan atas dasar keyakinan agama. Penerangan dan penyuluhan yang terencana dan terprogram, baik dalam bentuk kajian dan informasi yang intens melalui ceramah, khutbah, dan tema lebih produktif dan inovatif penting terus diupayakan. Allah memberikan pencerahan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. 17: 70). 3. Mengupayakan pembinaan secara intensif dan integratif kepada para pelaku, pemakai obat-obat terlarang. Hal itu karena menurunnya derajat keimanan dalam peribadatan seseorang dalam menjalankan ibadah agamanya. Karena itu kembalikan mereka pada habitat amalan ibadah dalam agamanya. 4. Kampanye pemakaian kondom bukan suatu hal yang tabu lagi, karena pertimbangan prinsip penyebaran HIV/AIDS. Sifat wabah dan dampak kejahatan narkoba tidak hanya menyerang pelaku semata, tetapi bagi siapa pun juga yang lemah dan lengah. 5. Kaum ODHA, orang yang terinfeksi HIV/AIDS, lebih dimudahkan aksesnya mendapatkan ARV dan terjangkau tes CD-4. Layanan dapat meminimalisasi penyebaran virus. Disamping itu dapat berdayakan Badan Narkotika Nasional, lebih berfungsi sebagai pembina, penyuluh, dan rehabilitator pecandu narkoba agar yang belum tersentuh narkoba tidak mencoba-coba mendekati barang haram tersebut. 6. Ciptakan komunikasi keluarga harmonis, sehingga terbentuk hubungan keluarga penuh kesetiaan. Komunikasi yang intens dalam suatu keluarga adalah benteng jiwa-jiwa labil, sehingga tidak terperosok dalam pelarian narkoba. 7. Lembaga, instansi, badan, dan atau konsultan-konsultan pendidikan dapat perankan diri testing psikologi dan konseling mengarah langsung dalam permasalahan -- narkoba dan HIV/AIDS berawal dari suatu langkah yang tidak benar. Sebagaimana Allah menekankan hal ini dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. 24: 21). Reinterpretasi, rekonstruksi , dan sinergisme pemikiraan, dan pemahaman tentang HIV/AIDS dan narkoba dengan nilai-nilai kearifan yang menuntun suatu kepercayaan, agama adalah upaya penemuan kembali atas suatu kesadaran hakiki. Apabila format ini berhasil dikembangkan dan menjadi suatu kerangka inspirasi pemikiran kita semua, maka narkoba dan virus HIV/AIDS sebagai ancaman kelangsungan hidup umat manusia dapat kita atasi bersama. *Imam Muhayat, anggota FKUB, sedang menempuh Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Puja Mandala Pendukung Pasti Pariwisata Bali Puja Mandala berarti tempat pemujaan. Di mana suatu tempat yang dibangun tempat ibadah untuk lima agama, yaitu: Islam, Hindu, Katholik, Kristen, dan Budha. Tempat tersebut terletak di Kawasan PT. BTDC (Bali Tourism Development Coorporation) Nusa Dua – Bali. Tepatnya di Lingkungan Bualu, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Provinsi Bali. Secara keseluruhan luas tempat tersebut sekitar 85.000. m2. Diperuntukan lima lembaga agama dan lahan parkir. Proyek ini mulai digagas sejak tanggal 10 Juli 1974, ketika awal kali PT. BTDC mengembangkan konsep Pariwisata terpadu di wilayah Bali. Gagasan yang mengesankan ini muncul kembali diwacanakan pada tahun 1985, yang ketika itu kunjungan wisman dan wisdom menggenjot kesemarakan Bali. Namun baru mulai dimatangkan pada awal tahun 1992 dan lima bulan kemudian peletakan batu pertama dilakukan. Perencanaan yang matang dari PT. BTDC sendiri dengan instansi terkait, dan seluruh lembaga keagamaan tingkat Provinsi Bali membutuhkan waktu hingga empat tahun. Awal tahun 1994 proyek ini mulai dikerjakan. Terealisasi sesuai namanya Puja Mandala diresmikan oleh Menteri Agama, Tarmidzi Tahir pada 20 Desember 1997. Kini, Puja Mandala Nusa Dua ramai dengan umat yang melaksanakan ibadah agama masing-masing dari lingkungan sekitar. Di samping itu banyak tamu luar daerah dan luar negeri yang berdatangan setiap harinya tidak kurang dari delapan bus. Sedangkan pada saat hari libur dan hari tertentu keagamaan, tempat ini tidak lagi bisa menampung bus-bus dari luar daerah. Mereka tidak ketinggalan mengabadikan tempat ibadah lima agama ini. Suatu saat A.A.Gym, ustadz Jefri, ustadz Mansyur, dan Wayan Solo, Lurah Benoa, melukiskan Puja Mandala dengan kata puitisnya simpulan penulis, “Oh, Indahnya Indonesiaku.” Seorang pengempon Pura Jagatnatha, Wayan Badra, dalam suatu kesempatan ditemui penulis mengatakan, “Andaikata di Indonesia banyak Puja Mandala-Puja Mandala lain, mereka merasa menjadi para pemenang. Karena para pemenang sadar akan keterbatasan mereka tetapi mereka berfokus pada kekuatan-kekuatan mereka.” Setali mata uang rajutan dinamika multikultural seluruh komponen anak bangsa dapat tumbuh secara alamiah. Di wilayah Kuta Selatan Kabupaten Badung, kini juga sedang dibangun semacam Puja Mandala di Nusa Dua, yaitu di Kawasan Pecatu Graha, Ungasan. Hebatnya lagi, lahan keperuntukan sedikit lebih luas dibanding yang ada di Nusa Dua dan Kuta. Selain itu ditambah lagi tempat ibadah umat Konghuchu sebagai amanah undang-undang terbaru. Daya dukung wisata lainnya di wilayah Jimbaran telah dikembangkan berbagai fasilitas bertaraf internasional. Tempat-tempat tersebut kini banyak menyedot wisatawan, misalnya, tempat wisata Patung Garuda Wisnu Kencana, Green Land, Water Boom. Ke depan, kawasan ini, termasuk Puja Mandala yang ada di Pecatu Graha dapat diprediksi menjadi primadona kunjungan wisatawan, baik wisatawan domistik maupun mancanegara. Dalam teori pariwisata terdapat asumsi, saat tertentu pariwisata itu akan menemui titik jenuh. Teori itu dapat terpatahkan dengan pandangan kita ke depan yang prospektif-integratif, dan inovatif. Misalnya, Puja Mandala terdapat juga di Kuta, di Kawasan Bandara Ngurah Rai beberapa tahun sebelum Puja Mandala Nusa Dua dan Pecatu Graha ada. Semacam Puja Mandala ini sesungguhnya menjadi alternatif Pariwisata Bali, agar pariwisata Bali tetap eksis dan berdaya saing tinggi. Terbukti pariwisata spiritual belum pernah menemui titik jenuh, karena aktivitas ini menjadi kebutuhan setiap umat beragama. Pengembangan manajemen pariwisata holistik di atas nilai-nilai kebangsaan dalam bentuk kebersamaan, persatuan, dan kesatuan dalam bingkai ke-Bhinneka-an Indonesia, signifikan akan banyak membawa manfaat yang besar bagi bangsanya. ( Imam Muhayat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata dan bahasa menunjukan jiwa